Semoga perkawinan mereka berumur panjang, setangguh mental mereka menghadapi enam bencana sekaligus, saat berbulan madu.
Pasangan Stefan and Erika Svanstrom memilih bersikap positif tentang musibah beruntun yang mereka alami. Tentu, pengalaman ini tak mudah, apalagi pada liburan panjang yang penuh naas itu, mereka membawa seorang bayi.
Selama berbulan madu, kurang lebih empat bulan, mereka menghadapi badai salju, tsunami, dua gempa bumi, banjir besar, dan topan. Semua kemalangan itu dihadapi saat mengarungi rute Jerman-Bali-Australia-Selandia Baru-Jepang.
Di tujuan pertama, Munich, Jerman, keluarga Svanstroms mendapat bencana pertama: badai salju hebat di Eropa pada Desember 2010 lalu. Padahal, "sebelum berangkat ke Jerman, kami pikir semua akan baik-baik saja. Kami saling mencintai, dan hanya berpikir soal pantai saat menuju Asia tenggara," kata Erika Svanstrom.
Pasangan Stefan and Erika Svanstrom memilih bersikap positif tentang musibah beruntun yang mereka alami. Tentu, pengalaman ini tak mudah, apalagi pada liburan panjang yang penuh naas itu, mereka membawa seorang bayi.
Selama berbulan madu, kurang lebih empat bulan, mereka menghadapi badai salju, tsunami, dua gempa bumi, banjir besar, dan topan. Semua kemalangan itu dihadapi saat mengarungi rute Jerman-Bali-Australia-Selandia Baru-Jepang.
Di tujuan pertama, Munich, Jerman, keluarga Svanstroms mendapat bencana pertama: badai salju hebat di Eropa pada Desember 2010 lalu. Padahal, "sebelum berangkat ke Jerman, kami pikir semua akan baik-baik saja. Kami saling mencintai, dan hanya berpikir soal pantai saat menuju Asia tenggara," kata Erika Svanstrom.
Namun, meski tak ada bencana, impian mereka berjemur dan menikmati pantai di Bali pupus. Hujan lebat mengguyur Pulau Dewata.
Peruntungan juga tak mereka dapatkan saat pergi ke Cairns, Australia. Di sana, keluarga kecil ini dicegat Topan Yasi, yang memaksa mereka bergabung dengan ribuan orang lainnya mencari perlindungan. Meski hanya 24 jam, mereka sempat jadi pengungsi.
Masih di Australia, pasangan ini lantas menuju Brisbane. Di ibu kota negara bagian Queensland itu, mereka disambut banjir besar merendam kota. Bahkan, seperti dimuat Daily Mail, pasangan ini juga lolos dari kebakaran hutan di Perth.
"Kami berhasil lolos, di sekeliling kami pohon bertumbangan menutupi jalan," kata Stefan Svanstroms, seperti dimuat Yahoo News, Rabu 6 April 2011.
Beberapa jam kemudian, saat mereka tiba di Selandia Baru, gempa 6,3 skala Richter mengguncang Christchurch. Mereka juga ada di Tokyo saat gempa dahsyat 9,0 skala Richter menguncang, dan memicu tsunami yang menerjang sebagian wilayah Jepang.
Peruntungan juga tak mereka dapatkan saat pergi ke Cairns, Australia. Di sana, keluarga kecil ini dicegat Topan Yasi, yang memaksa mereka bergabung dengan ribuan orang lainnya mencari perlindungan. Meski hanya 24 jam, mereka sempat jadi pengungsi.
Masih di Australia, pasangan ini lantas menuju Brisbane. Di ibu kota negara bagian Queensland itu, mereka disambut banjir besar merendam kota. Bahkan, seperti dimuat Daily Mail, pasangan ini juga lolos dari kebakaran hutan di Perth.
"Kami berhasil lolos, di sekeliling kami pohon bertumbangan menutupi jalan," kata Stefan Svanstroms, seperti dimuat Yahoo News, Rabu 6 April 2011.
Beberapa jam kemudian, saat mereka tiba di Selandia Baru, gempa 6,3 skala Richter mengguncang Christchurch. Mereka juga ada di Tokyo saat gempa dahsyat 9,0 skala Richter menguncang, dan memicu tsunami yang menerjang sebagian wilayah Jepang.
"Kami seperti dihantui bencana, dan bertanya-tanya, apa yang akan terjadi selanjutnya," kata Erika pada media Expressen Swedia.
Pasangan ini kembali ke Stockholm pada 29 Maret 2011, setelah sempat menikmati wisata menyenangkan tanpa bencana di China. "Setidaknya kami beruntung dalam hal cinta," katanya.
Pasangan ini kembali ke Stockholm pada 29 Maret 2011, setelah sempat menikmati wisata menyenangkan tanpa bencana di China. "Setidaknya kami beruntung dalam hal cinta," katanya.
No comments:
Post a Comment
KALO UDAH BACA JANGAN LUPA KOMENT GAN!